NU Glonggong Latih Anggota Mengkafani Jenazah




Anggota Jam'iyyah Rutinan Lailatul Itima' Pengurus Ranting NU Desa Glonggong Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes mendapatka pelatihan mengkafani jenazah, Sabtu (15/09/2018).

Jam'iyyah rutin Lailatul Ijtima' setiap malam ahad wage yang di inisiasi oleh Pengurus Ranting NU desa Glonggong kali ini memeiliki agenda berbeda seperti biasanya. Biasanya rutinan diawali dengan pembacaan sholawat nariyah, tahlil, dan dilanjutkan dengan membedah kitab kuning.

Pada rutinan Jam'iyyah Lailatul Ijtima' yang bertempat di rumah H. Muhammad Mufti kajian kitab kuning diganti dengan pelatihan mengkafani jenazah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika suatu saat Lebe/Modin yang telah ditunjuk memiliki kesibukan. Ustadz Idhar Husen selaku sesepuh dan Pengurus NU mengungkapkan "Pelatihan ini tidak ada maksud untuk menggantikan posisi Lebe yang telah ditunjuk oleh pemerintah desa, tetapi ini sebagai bentuk antisipasi jika suatu saat lebe tersebut berhalangan."

 Pelatihan dihadiri Semua Pengurus NU

Keprihatinan akan minimnya orang yang memiliki keterampilan mengkafani jenazah ini didasari beberapa kejadian dimana keluarga jenazah kesulitan mencari orang untuk mengkafani jenazah, sementara Lebe/Modin semuanya sedang berhalangan. "Ini menjadi tanggung jawab kita bersama khususnya NU untuk membekali anggota dengan keterampilan mengkafani jenazah, agar suatu saat Lebe berhalangan, Jenazah bisa tetap diurus dengan cepat", ujar Ustadz H. junaedi Ketua Tanfidiyah NU Glonggong.

Menurut Ustadz Jahri Katsir, Lebe Desa Glonggong yang menjadi Nara Sumber pelatihan mengatakan jumlah orang yang bisa mengkafani jenazah sangat terbatas sehingga pengurusan jenazah dari awal hingga dimakamkan diserahkan pada Lebe. "Lebe di Glonggong cuma ada 3 orang, satu di Glonggong Dukuh dan 2 orang di Glonggong Wetan, pengurusan jenazah masih mengandalkan lebe" ujarnya.

 Antusiasme peserta mendengarkan petunjuk dari Narasumber

Pelatihan diikuti dengan serius dan antusias oleh peserta, walaupun ada sebagian peserta tidak berkenan praktek karena takut pocong. "Emohlah gigu, wedi bokan ora bisa turu" kata Sanusi ketika diminta untuk praktek yang di sambut tawa peserta lain.
sementara Rokhidin peserta yang berkesempatan praktek mengatakan "Gampang-gampang susah mas, waktu mendengarkan teorinya terdengar mudah, tapi setelah praktek ternyata susah. Khusunya waktu memotong dan menyusun kain kafan. Walaupun cuma praktek pakai boneka tapi tetap grogi".

 Praktek mengkafani Jenazah

Kegiatan serupa rencananya akan dilakukan kembali dengan peserta Fatayat dan Muslimat NU desa Glonggong. (Ykaz)

3 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.